Siapa di sini yang hobi menulis cerita?
Sebenarnya gak hanya cerita yang beralur, tetapi menulis untuk bagaimana kita mendeskrisikan sesuatu yang biasa menjadi "Gue emang harus bilang WAWW!". Lebih enak dibaca dan diselami. Ini seninya dalam menulis menurutku. Berikut aku ambil dari sebuah kultwit milik Alexander Thian. Mungkin beliau juga terinspirasi dari penulis keren lainnya. Btw, ada yang belum tahu Om Alex aka @aMrazing ini? Beliau adalah penulis skenario sinetron Putih Abu-abu loh! Koplak kan tu sinetron? Doi tuh yang bikin.. :))) Plus doi juga selebtwit.. Penulis bagian dari Cerita Sahabat dan The Journeys.. Belum tau juga? yaudah, gue kan gak minta duit ini. :D
Sebelumnya gue juga pernah buat postingan kultwit tentang tip menulis, ini dari seorang @RedaGaudiamo gak tau juga siapa beliau?? coba deh buka ini aja, kece juga tuh! Nih 25 Teknik Menulis Baik By Tante Reda Gaudiamo Silakan dipahami.. Semoga bermanfaat.. Gue juga lagi belajar.. Hihihi
Sebelumnya gue juga pernah buat postingan kultwit tentang tip menulis, ini dari seorang @RedaGaudiamo gak tau juga siapa beliau?? coba deh buka ini aja, kece juga tuh! Nih 25 Teknik Menulis Baik By Tante Reda Gaudiamo Silakan dipahami.. Semoga bermanfaat.. Gue juga lagi belajar.. Hihihi
![]() |
Follow nih @aMrazing |
Tante perawan @ikanatassa memberikan contoh penggunaan kata “galau” yang oke dalam tulisan: dengan tidak menggunakannya. :D Mendeskripsikan perasaan secara detail memang lebih seru dan mengena ketimbang menggunakan kata sifat.
Contohnya, ada seseorang yang marah melihat pacarnya ditikung. Jangan gunakan kata ‘marah’, tapi gambarkan, gimana marahnya?
“Aku
marah melihatnya menikung pacarku.” kalimat ini gak punya nyawa, dan
menggambarkan kemalasan si penulis menjabarkan rasa ‘marah’. Tips dari @windyariestanty yang selalu gue ingat: coret semua kata sifat dalam tulisan elo, dan ganti dengan deskripsi.
Topiknya masih yang tadi: menghindarkan kata sifat dalam tulisan. Bukan berarti gak boleh, lho. Oke. Kenapa penggunaan kata sifat yang berlebihan dalam karya tulis misalnya... cerpen atau novel? Lebih 'kena' baca mana; "Bena marah sekali", atau.. "Bena mengambil asbak, dan melemparkannya sekuat tenaga ke pintu." Kalimat pertama, "Bena marah sekali", cuma ngasih tau, si Bena marah. Udah. Gitu doang. Gak ada aksi lebih lanjut. Sedangkan kalimat kedua, kita tau Bena marah dari deskripsi tulisannya, yaitu, dia sampe ngelempar asbak ke pintu.
Pake kata sifat lain, yuk. Misalnya... sedih. Bagaimana menggambarkan seseorang sedih, tanpa menggunakan kata sedih? Misalnya ada satu keadaan: Si Dodol sedih karena pacarnya selingkuh. How to describe this? Daripada menggunakan kalimat "Dodol sangat sedih karena pacarnya selingkuh", gimana kalo digambarkan begini:
"Aku
masih ingat gerutuan panjangmu karena kepanasan di hari pertama kita
bertemu, bukan "apa kabar" tapi kamu malah memarahi matahari..."
"Aku masih ingat ketika
kali pertama kulit kita bersentuhan, hangat yang menjalar sampai ke
hati, dan senyummu yang terbingkai abadi..."
"Dan
aku masih merekam gerakan bibirmu, 'selingkuh hanya permainan
pecundang', saat kita menghitung daun kering yang berjatuhan."
"Ternyata, pecundang sesungguhnya adalah aku, yang hanya bisa menatap nanar kamu yang bersinar saat bergenggaman tangan dengannya."
Kira-kira gitu, deh. Dari deskripsi tadi, kita bisa menangkap, membayangkan, bahkan merasakan kesedihan si Dodol yang diselingkuhi.
"Ternyata, pecundang sesungguhnya adalah aku, yang hanya bisa menatap nanar kamu yang bersinar saat bergenggaman tangan dengannya."
Kira-kira gitu, deh. Dari deskripsi tadi, kita bisa menangkap, membayangkan, bahkan merasakan kesedihan si Dodol yang diselingkuhi.
Mendeskripsikan satu keadaan nggak perlu puitis sampe lebay juga, sih. Kita harus bisa merasakan 'cukup' dalam deskripsi. Deskripsi
yang kepanjangan malah akan membuat pembaca lelah. Misal menggambarkan
"kursi warna ijo" aja harus sampe 3 halaman. :)) Kalo waktu nulis udah mikir "aduh, ini kepanjangan nggak, ya, deskripsinya?" Then stop. Jangan diteruskan.
Buku yang gue suka banget karena pendeskripsiannya yang 'pas' adalah serial Harry Potter. Jadi, ketimbang menuliskan "Si A marah", atau "Si B galau", gambarkan dan tunjukkan bagaimana 'marah' dan 'galau' nya si A dan B. Hal-hal kecil yang kita pikir nggak penting dan akhirnya luput ditulis, justru akan memberikan sentuhan tersendiri
Misalnya, ada satu kamar yang kotor. Bagaimana caranya supaya yang baca PERCAYA dan bisa "MELIHAT" kamar itu kotor? Kalimat "Bena dan Dodol memasuki satu kamar yang kotor." Udah. Gitu doang. Males kan bacanya? Tapi kalau...
"Benda dan Dodol tak jadi memasuki kamar itu. Keduanya malah mundur selangkah, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.."
"Cat hijau pupus di kamar itu sudah mengelupas di banyak tempat, memamerkan warna aslinya: abu-abu."
"Cat hijau pupus di kamar itu sudah mengelupas di banyak tempat, memamerkan warna aslinya: abu-abu."
"Sekitar selusin bangkai tikus teronggok di sudut kamar yang hanya disinari matahari senja menyergap hidup Bena dan Dodol..."
"Membuat mereka segera menutupi hidung sebelum rasa mual melanda. Bahkan, kamar ini telah menjelma menjadi kerajaan laba-laba."
"Tumpukan koran bekas, debu yang mungkin sudah setebal dua kaki, tirai yang sudah tak jelas lagi warnanya, ranjang yang patah kakinya.."
"Membuat kamar itu tak layak disebut kamar, lebih cocok disebut gudang."
"Membuat mereka segera menutupi hidung sebelum rasa mual melanda. Bahkan, kamar ini telah menjelma menjadi kerajaan laba-laba."
"Tumpukan koran bekas, debu yang mungkin sudah setebal dua kaki, tirai yang sudah tak jelas lagi warnanya, ranjang yang patah kakinya.."
"Membuat kamar itu tak layak disebut kamar, lebih cocok disebut gudang."
Kebayang kan, dari tweet-tweet tadi betapa jorok dan kotornya kamar yang akan Bena dan Dodol masuki?
Dalam menuliskan suatu kisah, pendeskripsian tempat itu krusial. Pembaca akan merasa sedang berada di tempat yang kamu tuliskan. Gue bisa "melihat" hutan Kalimantan yang "ditunjukkan" @deelestari di Partikel, dan bisa "melihat" Hogwarts di Harry Potter.
Misal, dari kamar yang kotor tadi, kita sudah bisa mereka berapa lama kamar itu nggak ditempati, dan bahwa, pemiliknya jorok. Deskripsi
detil kecil yang unik juga memperkaya karakter kita. Misal, Si Bena
bulu idungnya panjang, pake kemeja kancingnya dibuka.
Oh, ya. Kalo punya satu ide yang nongol mendadak, di manapun itu, TULISKAN SEGERA idenya. Biar nggak menguap dan terlupa. Gue udah beberapa kali dapet ide tulisan, tapi lupa dicatat, dan akhirnya nyesel setengah mati karena lupa. Kalo lagi mentok nulis, nggak tau gimana ngelanjutinnya, tuliskan apa yang NGGAK MUNGKIN karakter elo lakukan.
Misalnya,
karakter A itu neat freak, takut kuman, punya OCD, dll dll. Nah, buat
keadaan di mana dia harus menghadapi ketakutannya sendiri. Suatu karakter akan berkembang kalau dia dapet tantangan, pergolakan dalam jiwanya. So, the story is character driven. A suka warna putih. Nggak suka yang jorok. Nggak bisa makan indomie. Nah, tempatkan karkater A di posisi yang sebaliknya. Jadi, si A ogah makan Indomie. Buat satu keadaan di mana dia cuma punya Indomie untuk dimakan. What would he do?
Si A suka banget sama warna putih. Misal, yang ada cuma baju merah. What would he do?Begitu kita menuliskan berbagai hal yang TIDAK AKAN karakter kita lakukan, berbagai kemungkinan dan cerita akan terbuka. :D Tantang karakter elo untuk melakukan hal yang di luar kebiasaannya. Karakter elo pasti akan hidup. Tentu saja, jangan kebanyakan pake unsur kebetulan. Itu sih namanya males cari solusi, dan si penulis males mikir. :D
Nah.. sekian kumpulan kultwit tip menulis dari Om Alex. Makin tahu ya kiat-kiat bagaimana penulis dalam membuat sebuah cerita yang menarik untuk dibaca. :D
Terima kasih..
Ah nice posting ! Makasih makasih.. sumber inspirasi :D
BalasHapusMereka memang menginspirasi :')
Hapuscoba ane ikutan follow tuiternya.. :D
BalasHapuskreatif cara merangkai katanya,
Iya, polow aja tuh, gak rugi kok :D
HapusPenggunaan "Dia marah" dan yg diganti deskripsi itu dua-duanya sah... tergantung dari keperluan aja...
BalasHapus"Matanya menatap tajam diriku. Dia marah." <--- kan ga masalah begini, karena emang ngga ada aksi lain yang harus digambarkan dalam kalimat itu.
Biasanya penggunaan deskripsi panjang2 lebih ditekankan pada cerita atau novel yang sudut pandangnya berdasarkan orang ketiga. Sedangkan sudut pandang orang pertama cenderung lebih singkat, ringkas, dan efektif. Kenapa? Ini logika, coba dibayangin aja kenapa... ( >___O)b
*berpikir keras* #okesip #padahalbelumngerti
Hapusmakasih, bang Glen :D
belajar deskrispi >> postingan yg sangat menarik, infonya lengkap, dan mudah dipahami, terlebih lagi diberi contohnya, sangat membantu saya sebagai penulis yang amatir. Good Job ^^b
BalasHapusHindari kata sifat XD
HapusSebenarnya aku udah sering baca dan cari tahu bahwa kata sifat itu adalah hal yang "tabu" dalam menulis. Walau bagaimana pun tetap aja dipandang dari keingingan sang penulis itu sendiri. Aku suka penjabaran yg detil di sini, keren! :D
BalasHapusBetewe, mau follow beliau ah~ :))
Asik, ya?!! :D Aku sih baru belajar..
Hapus*brb catet
BalasHapusThanks buat 'rekaman' kultwitnya retno (0v0)9
Sama-sama. Om, tulisan lo laris nih.. #ngomongsamaOmAlex thanks ya, Om Alex :))
Hapusentah apa yang ingin aku tulis disini.. tapi aku harus menulisnya..karna ini wow..:D
BalasHapusWAWW!! haha asik ya penjabarannya. Om Alex gitu. XD
Hapusnice info ^^
BalasHapusOke XD
Hapus"Gue emang harus bilang WooooWW!".
BalasHapusYes! WAWW! hahaha XD
Hapuswah tips yang bagus ini buat anak baru sastra seperti gue :D
BalasHapuspermainan kata yang indah dalam sebuah tulisan itu memang perlu hehe
supaya orang orang pada penasaran dan minat baca sama tulisan tersebut :D