Air Mata yang Tertahan part 5

Semua sudah kadung bahagia atas berita bahagia bahwa aku sudah tinggal sedikit lagi akan bekerja. Tapi bagaimana bila ini tidak terjadi? Bagaimana dengan mereka? Ini salah siapa? Tentu aku. Aku sudah berencana tidak memberitahukan masalah ini kepada orang tuaku. Aku bilang saja, kerjanya mulai tanggal 23 September 2013 karena menunggu ahli gizi yang segera keluar.

Bullshit?

Aku ingin sekali berbicara kepada Bunda Heni seperti ini.

"Saya tahu ibu adalah orang yang memegang perkataannya, tapi menurut saya tidak. Kalau tidak salah saya dengar, Ibu bilang, bahwa posisi saya sudah aman, tidak masalah bila ada teman lain, karena membutuhkan dua ahli gizi. Tapi, kenapa Ibu bilang, bila pada tanggal 16 September 2013 saya tidak membawa ijazah, Ibu akan mencari orang lain, apa itu berarti posisi saya sudah tidak aman? Apakah tidak bisa menunggu ijazah saya keluar? Kalaupun Ibu mencari orang lain, mungkin itu teman saya sendiri, dia pasti sama seperti saya, belum ada ijazah. Beda bila bukan fresh graduate. Menurut saya Ibu tidak memegang perkataan Ibu sebelumnya. Ibu terlalu memberikan harapan besar yang palsu buat saya. Bolehkah saya bertanya, apa yang menjadi penyebab saya ada di peringkat kedua? Tidak cantik? Ilfeel karena saya terlihat tidak cekatan atau hasil wawancara atas jawaban saya yang kurang memihak dan tidak serius pada kerjaan ini? Saya terima. Tapi saya tidak terima bila Ibu perlakukan saya dengan tidak menepati perkataan Ibu sendiri. Saran menurut saya, Ibu jangan terlalu memberikan harapan terlalu besar padahal itu palsu. Itu akan berakhir luka."

Yah, sudahlah.